Pages

Rabu, 31 Juli 2013

Lowongan Kerja Bank Bukopin Untuk Beberapa Posisi dan Tingkat Pendidikan D3 & S1 Segala Jurusan - Penempatan Seluruh Wilayah Indonesia

DIPLACE - Lowongan Kerja Bank BUKOPIN Mei 2013 | Bank Bukopin adalah salatu instansi Perbankan terkemuka di Indonesia, Bank Bukopin berdiri pada tanggal 10 Juli 1970, Pada saat ini Bank Bukopin sedang dalam menfokuskan diri pada segmen UMKMK, Bank Bukopin telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset.
Hal ini Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan dalam melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan konsumer. Demi mewujudkan Visi dan Misinya, pada saat ini bank Bukopin sedang membuka lowongan kerja untuk beberapa posisi, bagi anda yang sedang mencari Lowongan Kerja di Bank, Maka saat inilah kesempatan untuk anda. Jika anda ingin berkarir bersama Bank Bukopin, segera kirimkan lamaran anda dan berikut informasi mengenai posisi, persyaratan dan tata cara pengiriman lamaran berkas lamaran kerja. Semoga informasi Lowongan Kerja Bank BUKOPIN ini bermanfaat untuk anda.
Logo Bank Bukopin | Sumber : www.bukopin.co.id
Bank bukopin | www.bukopin.co.id

Posisi dan Persyaratan Lowongan kerja Bank Bukopin Mei 2013


RELATIONSHIP OFFICER KREDIT KONSUMER (RO-KK)
  • Pria / Wanita
  • Fresh Graduate
  • IPK minimal 2.3
  • Lulusan PendidikanD3 / S1 semua jurusan
  • Memiliki pengalaman kerja
  • Usia maksimal 35 tahun (experience)
STAFF IT (IT)
  • Pria / Wanita
  • Fresh Graduate
  • IPK minimal 2.6
  • D3 / S1 Informatika
  • Memiliki pengalaman kerja
  • Usia maksimal 27 tahun
MDP INFORMATION TECHNOLOGY (MDP-IT)
  • Pria / Wanita
  • Memiliki IPK 2.7 (Univ Negeri) / 3.0 (Univ Swasta)
  • S1 Teknologi Informasi / Sistem Informasi / Manajemen Informatika
  • Memiliki pengalaman kerja
  • Fresh Graduate
ACCOUNT OFFICER UKMK (AO-UMKM)
  • Pria / Wanita
  • Fresh Graduate
  • IPK minimal 2.3
  • Lulusan Pendidikan S1 semua jurusan
  • Memiliki pengalaman kerja
  • Usia maksimal 35 tahun (experience)
RELATIONSHIP OFFICER MASS BANKING (RO-MB)
  • Pria / Wanita
  • Fresh Graduate
  • IPK minimal 2.3
  • Lulusan Pendidikan  D3 / S1 semua jurusan
  • Memiliki pengalaman kerja
  • Usia maksimal 35 tahun (experience)
SERVICE ASSISSTANT
  • Wanita
  • IPK minimal 2.6
  • Lulusan Pendidikan D3 / S1 Segala Jurusan
  • Memiliki pengalaman kerja
  • Usia maksimal 27 tahun

Persyaratan Umum:

  • Kandidat adalah seseorang yang bertanggung jawab.
  • Memiiliki interpersonal skill yang baik, Memiliki integritas yang baik, disiplin, dan berkomitmen tinggi.
  • Kandidat memiliki orientasi yang kuat terhadap nasabah dan kemauan yang kuat untuk belajar dan bekerja untuk mencapai hasil sebaik-baiknya.
  • Kandidat dapat bekerja dalam tim maupun bekerja dengan target individual.
  • Kandidat  tidak pernah diberhentikan secara tidak hormat dari instansi atau Badan Hukum Pemerintah maupun Swasta.
  • Kandidat memiliki surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian.

Jika anda memenuhi kualifikasi dan berminat dengan Lowongan kerja Bank Bukopin ini, maka silahkan kirimkan aplikasi lamaran kerja anda ke alamat email berikut ini : rekrutmen@bukopin.co.id.
Hanya kandidat yang memenuhi kualifikasi yang akan diundang untuk mengikuti tahap selanjutnya.
Semoga informasi Lowongan kerja Bank Bukopin ini bermanfat untuk anda. Terima kasih.
Sumber | Official Soucce

Selasa, 30 Juli 2013

Sejarah dan cara membuat GUDEK

Sejarah Awal Asal Usul Makanan Gudeg


Sejarah Awal Asal Usul Makanan GudegKumpulan Sejarah - Makanan Gudeg adalah makanan khas Jogja yang cukup terkenal yang terbuat dari nangka muda atau dari bunga kelapa.

Sejarah Awal Asal Usul Makanan Gudeg
Di sebuah sudut kota jogja pada jaman penjajahan Inggris tinggalah seorang warga negara Inggris yang tinggal di Indonesia (maaf saya lupa namanya tapi dalam majalah yang saya baca ada namanya) dan memiliki istri seorang perempuan jawa (saya juga lupa namanya maaf), Warga negara Inggris tersebut memanggil istrinya dengan sebutan "dek" karena memang panggilan "dek" sudah menjadi tradisi di jawa biasanya untuk memanggil istri yang notabene sebagai ibu rumah tangga.. Pada suatu hari ketika sang suami sedang pergi bekerja sang istri bingung ingin memasak apa akhirnya dia teringat resep turun temurun keluarganya yang menggunakan bahan dari nangka muda tersebut..
Akhirnya mulai lah dia memasak, karena mungkin sudah sangat lapar sesampainya dirumah sang suami langsung menuju ke meja makan dan makan dengan lahapnya masakan yang dimasakkan istrinya tadi selesai makan sang suami brkata agak keras "good dek.." "it's good dek" dengan ekspresi senang.. Sang istri terkejut dan mulai menceritakan ke tetangga dan teman-temannya kalau sang suami senang sekali dimasakkan resep turun temurun itu dan setiap kali selesai makan-makanan itu dia selalu bilang "good dek" dan dari situlah makanan itu mulai disebut GUDEG sebagai metomorfosis dari kata "good dek".Nasi gudeg yang satu ini disajikan di atas anyaman bambu beralas daun pisang. Gudegnya versi kering yang dibalut areh kental berwarna kecoklatan. Tak lupa krecek yang berwarna merah oranye menyala dan hati ampela menjadi pelengkapnya. Membuat gudeg racikan Yu Narni ini tampil mlekoh sedep mengundang selera!
Rasanya belum berasa ke Yogya kalau belum mencicipi makanan khasnya yaitu gudeg. 

Resep Masakan Nasi Gudeg Komplit

Bahan gudeg nangka:
  • 1,5 kg Nangka Muda
  • 850 gr telur
  • 500 gr tahu
Bumbu :
  • 1 liter air kelapa
  • 10 gr daun salam
  • 60 gr lengkuas
  • 200 gr gula merah
  • 500 gr santan kara
  • 30 gr bawang merah
  • 30 gr bawang putih
  • 7 gr Ketumbar
  • Daun teh secukupnya
  • Garam secukupnya
gudeg-jogja
Cara Membuat :
  1. Kupas buah nangka ukuran sedang, pilih yang tidak tua dan tidak terlalu muda
  2. Potong-potong nangka sesuai keinginan, namun jangan terlalu besar
  3. Masak air hingga mendidih, masak nangka hingga getahnya hilang, angkat lalu tiriskan
  4. Masukan nangka tadi ke dalam panci yang sudah dialasi daun salam dan potong lengkuas supaya nangka tidak hangus pada saat dimasak
  5. Masukan juga telur ayam yang sudah direbus
  6. Masukan semua bahan bumbu, tambahkan air, rebus hingga mendidih dalam keadaan tertutup. Kecilkan api, biarkan selama 5-6 jam hingga matang, berwarna merah kecoklatan, dan sedikit kering
  7. Setelah itu beri santan kental, masak lagi hingga santan menyusust
  8. Gudeg nangka siap disajikan
Bahan Opor Ayam dan Tempe:
  • 2 kg Ayam (potong delapan)
  • 500 gr Tempe
Bumbu :
  • 600 gr Santan Kara
  • 30 gr gula merah
  • 40 gr sereh
  • 30 gr minyak sayur
  • 40 gr bawang merah
  • 40 gr bawang putih
  • 70 gr kemiri
  • 8 gr ketumbar
  • 8 gr jinten
  • 40 gr lengkuas
  • Daun jeruk Secukupnya
Cara Membuatnya :
  1. Tumis bumbu yang dihaluskab hingga harum, lalu masukkan santan cair dan bumbu-bumbu yang lain.
  2. Masukkan air, masak hingga mendidih, lalu masukkan ayam dan tempe yang sudah digoreng sebentar. Biarkan sampai terendam bumbu.
  3. Masak hingga kuah menjadi setengah, setelah itu, masukkan santan kental sambil terus diaduk agar santan tidak pecah.
  4. Masak terus hingga kuah bener-bener kental. Tapi, jangan terlalu diaduk karena tempe bisa hancur.
  5. Setelah masak, opor siap disajikan
Bahan Sambal Krecek:
  • 300 gr kulit sapi
  • 60 gr cabai merah
  • 200 gr kacang tolo
Bumbu :
  • 300 gr Santan Kara
  • 10 gr Tamarin Hitam yang dijus
  • 5 gr daun salam
  • 40 gr lengkuas
  • 100 gr Cabai merah
  • 30 gr Bawang merah
  • 30 gr bawang putih
  • 15 gr gula merah
  • 60 gr Minyak sayur
Cara membuat :
  1. Bersihkan kacang tolo dan rebus hingga empuk, lalu angkat dan cuci di air yang mengalir, lalu tiriskan
  2. rendam kerupuk kulit dengan air biasa hingga kerupuk mengembang dan empuk, peras lalu tiriskan
  3. Tumis cabai merah yang sudah dihaluskan hingga matang dan berwarna merah cerah,sisikan
  4. untuk pembiatan bumbu, tumis bumbu yang sudah dihaluskan, tambahkan daun jeruk dan lengkuas yang sudah dimemarkan. Biarkan hingga harum
  5. lalu masukan santen encer dan biarkan hingga mendidih
  6. Tambahkan bumbu-bumbu seperti garam dan gula merah, lalu masukkan kacang tolo
  7. Setelah kacang matang, masukkan kerupuk kulit (krecek)dan santan kental. Masak terus hingga kuah mengental .
  8. Sambal Krecek siap disajikan.

Oseng-oseng Mercon Makanan Khas Jogja yang Ekstra Pedas

Sebelumnya aslibanget sudah membahas oseng-oseng mercon makanan ekstra pedas dari Jogjakarta.Sekarang adalah resepnya, Jika kalian mau membuat dirumah sebaiknya simak ini, hmm makanan satu ini cocok banget bagi kamu yang suka banget sama yang pedas-pedas. Meledak-ledak di lidah deh :D .



Resep Oseng-Oseng Mercon


BAHAN Oseng-Oseng Mercon:


  • 500 gr tetelan daging sapi
  • 2 lbr daun salam
  • 3 sdm minyak goreng


BUMBU Oseng-Oseng Mercon:

  • 250 gr cabai rawit merah
  • 7 siung bawang merah
  • 4 siung bawang putih
  • 1 sdt garam
  • bumbu penyedap bila suka


CARA MEMBUAT Oseng-Oseng Mercon:

  • Rebus tetelan daging sapi hingga empuk. Tiriskan. Iris kecil-kecil. Sisihkan.
  • Siapkan bumbu di dalam wajan, beri 1/2 gelas air. Ungkep hingga air menyusut. Haluskan.
  • Tumis bumbu yang telah halus, tambahkan daun salam, aduk. Masukkan tetelan daging sapi. Aduk-aduk hingga bumbu meresap.
  • Sajikan dan oseng2 nan pedas siap di santap.

Makanan Khas Jogja: Jadah Tempe (Burger Jawa) dan Cara Makan

Makanan Khas Jogja: Jadah Tempe (Burger Jawa) dan Cara Makan
Ada satu lagi makanan khas Jogja yaitu Jadah Tempe orang jogja sering meneyebutnya Burger Jawa. Makanan ini merupakan salah satu makanan kesukaan Sultan. Makanan ini khas dari Kabupaten Sleman. Namun, anda jangan salah kira kalau jadah tempe ini adalah jadah yang terbuat dari tempe atau kedelai, tetapi jadah tempe merupakan perpaduan antara jadah (terbuat dari ketan dengan tempe bacem.
Jadah-Mbah-Carik
Cara Makan
Letakkan tempe bacem diantara dua lempeng jadah, kemudian penyet-penyet dengan lembut menggunakan tangan kanan. Ambil cabe rawit hijau, kemudian gigitlah jadah tempe dari atas ke bawah sambil diselingi dengan menggigit cabe rawit yang pedas.
Kunyah pelan-pelan dan nikmatilah perpaduan rasa gurih-manis-dan pedas. Hmmm benar-benar nikmat. Dan akan membuat anda ketagihan
Jadah-SandwichJawa-1 

Sejarah
Sekitar tahun 1950-an, makan ini diperkenalkan oleh Sastro Dinomo (mbah Carik) di desa Kaliurang. Makanan ini kemudian menjadi terkenal tatkala Sri Sultan Hamengkubuwono IX mencicipinya dan sangat menyukainya dan sampai sekarang makanan ini menjadi terkenal dan khas di Kaliurang
Harga
1. Anda dengan sangat mudah menemukan jadah tempe di Kaliurang dengan harga bervariasi, Rp.10.000 – Rp.20.000/ piring.
2. Bisa juga membeli dengan eceran dengan harga Rp.1000 – Rp.3000/ pasang

Situs Resmi seputar Jogja

blog ini adalah milik Jogjakarta rasa Nano-Nano. Situs remi dsari JRN-N adalah www.jogjakarta_rasa-nano-nano.com , kamu bisa membuka situs ini untuk mendapatkan informasi terbaru seputar informasi jogja.

Senin, 29 Juli 2013

Makanan Khas Yogyakarta

Jogjakarta yang merupakan kota tua  mewariskan banyak sekali peninggalan baik yang berwujud benda seperti bangunan candi, istana, masjid dsb maupun  adat istiadat yang hingga kini  masih bertahan keberadaaannya. Pun dengan kuliner, banyak warisan para leluhur yang hingga kini masih bisa kita jumpai di pasar-pasar, toko-toko makanan dan pusat oleh-oleh. Interaksi dengan dengan daerah-daerah di Indonesia maupun negara asing seperti India, China, Eropa serta Asia Barat menambah cita rasa dan variasi makanan di Jogja. Pengaruh dari luar tersebut menambah variasi kuliner khas Jogja. Makanan-makanan tersebut banyak yang masih mudah didapatkan bahkan menjadi makanan yang seringkali diburu para turis terutama turis domestik sebagai oleh-oleh untuk mereka bawa pulang. Namun ada juga makanan yang hanya bisa didapat di daerah-daerah tertentu di Jogja. Berikut beberapa makanan yang tentunya sangat menarik untuk selalu dinikmati.

BAKPIA

Bakpia Pathok adalah makanan khas Jogja yang bahan dasarnya adalah tepung, kacang hijau dan gula. Rasa manis dan legit tercipta dari isi kacang hijau yang berpadu dengan gula. Sedangkan rasa gurihnya berasal dari kulit bakpia yang merupakan adonan tepung yang dicampur dengan minyak nabati yang dipanggang. Anda akan  dapat dengan mudah mendapatkannya di sepanjang jalan Pathok, sekarang bernama Jl. KS. Tubun.
Makanan ini tidak sepenuhnya asli Jogja namun pengaruh dari China. Di China namanya Tou Lu Pia (berasal dari dialek Hokkian) yang berarti kue berisi daging. Namun bakpia yang di Jogja ini telah beradaptasi rasa dengan  lidah lokal dengan isinya bukan daging tetapi kacang hijau. Jenis kue ini awalnya dibawa oleh Goe Gee Oe dari China pada tahun 1948, yang mencoba membuat bakpia sebagai industri rumahan dan dijajakan eceran dari rumah ke rumah. Pengemasannya hanya menggunakan besek, yaitu  tempat makanan yang terbuat dari bambu tipis yang dirangkai atau dianyam sedemikian rupa sehingga berbentuk kotak bujur sangkar. Produksi bakpia ini semakin berkembang seiring waktu hingga sekitar tahun 1980 muncullah produsen-produsen bakpia di kawasan Pathok dengan membuat toko di rumah-rumah produsennya. Kemasannya juga telah menggunajan dos (kertas karton). Merek dagangnya berupa nomor rumah pembuatnya hingga kini makanan ini dikenal dengan Bakpia Pathok. Rasa dari Bakpia Pathok ini sendiri adalah paduan antara manis, legit, dan gurih. Saat ini pilihan  rasa yang bisa dipilih antara lain, coklat, keju atau pun yang asli yaitu rasa kacang hijau. Bakpia ini pun sekarang bisa dijum
pai tidak hanya di wilayah Pathok tetapi di toko-toko oleh-oleh, stasiun, terminal,  bahkan di pasar-pasar tradisional. Namun tentu saja rasanya akan lebih mantab di tempat awalnya, yaitu di Pathok.

Bakpia Pathok ini sangat cocok sebagai oleh-oleh keluarga, teman, atau pun kolega karena selain awet tentu saja lezat rasanya!


GEPLAK

Geplak adalah makanan khas Bantul, Yogyakarta. Makanan ini rasanya sangat manis, terbuat dari kelapa muda yang diparut kemudian dicampur dengan gula selanjutnya disangrai. Bentuknya ada yang bulat-bulat ada juga lonjong tidak beraturan. Waktu memasak yang lama membuat makanan ini menjadi awet dan tahan lama meski tanpa bahan pengawet.
Asal mula geplak tidak terlepas dari peran kota Bantul di masa lalu. Pada masa kolonial Belanda ini banyak lahan di Bantul dijadikan  perkebunan tebu. Tanah pertanian banyak yang ditanami pohon tebu. Pabrik gula pun banyak didirikan di sana. Ada sekitar 6 pabrik gula yang ada di Bantul saat itu, namun hingga kini tinggal satu saja yang masih beroperasi yaitu pabrik gula Madukismo yang pada awal Republik Indonesia ini berdiri merupakan salah satu pabrik gula terbesar di Asia Tenggara. Selain itu didukung letak geografis Bantul yang berada di daerah pantai sehingga terdapat banyak pohon kelapa.
Akhirnya muncul geplak yang bahan utamanya adalah kelapa muda yang campur dengan gula. Pada awalnya, geplak hanya ada dua warna, yaitu jika menggunakan gula pasir warna geplak akan putih dan jika menggunakan gula jawa maka warnanya akan coklat. Namun sekarang telah banyak variasi warna antara lain, merah, kuning, coklat, hijau, merah, dan putih. Pada saat ini rasa geplak pun tidak hanya sekedar gurih dan manis saja namun sudah bervariasi, seperti rasa durian, stroberi, coklat, dll. Geplak mudah diperoleh di  pusat  kota Bantul, pusat oleh-oleh di kota Jogja, terminal, dan di pasar-pasar.

Datang ke Jogja? Cicipilah makanan asli Jogja dengan cita rasa gurih dan manis ini!
KIPO

Kipo merupakan makanan khas Kotagede yang terbuat dari beras ketan, berisi enten-enten atau parutan kelapa dicampur dengan gula jawa. Bentuknya bulat lonjong kecil-kecil dengan penyajiannya selalu ditaruh di atas daun pisang. Rasanya manis, gurih dan lezat. Warnanya yang kehijauan bukan dari zat pewarna, tetapi alami dari daun pandan. Nama kipo sendiri berasal ari singkatan “iki opo’ yang berarti “ini apa”. Yang memberi nama sekaligus pembuat pertama makanan ini adalah Bu Djito yang berdomisili di Kotagede. Tahun 1960-an beliau membuat makanan untuk dijual di warungnya. Saat itu makanan ini belum ada namanya. Ketika banyak pembeli melihat makanan unik ini kemudian mereka bertanya “Iki Opo?’ Selanjutnya Bu Djito memberi nama makanan buatannya itu dengan nama Kipo.
Larisnya kipo buatan Bu Djito membuat banyak warga Kotagede juga membuat makanan yang sama dan menjualnya di sekitar Pasar Kotagede. Meskipun lezat, sayangnya kipo ini tidak tahan lama. Oleh karena itu, tidak mudah didapatkan di toko-toko pusat oleh-oleh. Tempat yang selalu menjual makanan asli Kotagede ini adalah kios snack dan oleh-oleh di Taman Sari, di pasar-pasar tradisional, serta di kios snack pasar Kotagede sendiri tentunya. 

Jika sedang di Jogja, jangan lupa mampir ke Kotagede untuk mencicipi si mungil hijau manis kipo!


YANGKO

Makanan khas daerah Kotagede ini terbuat dari bahan beras ketan, daging kelapa  muda, dan gula. Yangko  merupakan makanan ringan yang rasanya manis dan sangat tepat dijadikan oleh-oleh atau buah tangan. Makanan ini mudah ditemukan di daerah Kotagede bagian selatan kota Yogyakarta. Menurut sumber setempat yangko mulai diproduksi di Kotagede sejak tahun 1920-an. Proses pembuatan yangko tidak terlalu rumit. Hanya saja dibutuhkan ketekunan, ketelitian, dan keterampilan. Yangko memiliki kekhasan rasa. Kecuali rasa manis yang dominan, di dalam yangko Anda juga bisa merasakan wangi aromanya. Bentuknya yang kecil menyebabkan kita tidak cepat ketika menyantapnya. Nuansa kenyil-kenyil ketika Anda mengunyahkan mengundang sensasi kenikmatan tersendiri.
Yangko yang telah dikemas dalam dus bisa bertahan beberapa hari bukan karena diberi pengawet, namun karena proses pemasakannya yang matang. Rasa yangko yang klasik adalah yangko rasa kacang. Sedangkan yangko yang beraroma baru misalnya yangko rasa durian, nangka, strawberry, cokelat, pandan, dan anggur. 

Jika Anda berada di Yogyakarta rugi rasanya jika belum mencicipi sensasi rasa manis legit dan kenyil-kenyil  dari yangko ini!
KUE KEMBANG WARU

Kue kembang waru merupakan nama sebuah kue tradisional yang banyak diproduksi Kotagede Yogyakarta. Kembang waru dibuat dengan komposisi telur, tepung terigu dan margarin/minyak beku. Proses pembuatannya adalah telur dikocok sampai kaku kemudian tepung terigu dimasukkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Setelah tercampur rata dicetak dalam cetakan yang berbentuk bunga yang sebelumnya sudah dioles mentega terlebih dahulu lalu di “oven tradisional” sampai matang berwarna kuning kecoklatan, rasanya manis dan teksturnya lembut. Bentuknya yang seperti bunga pohon waru membuat roti ini dinamakan dengan nama yang cantik yaitu kue kembang waru.
Pembuatan roti ini bermula dari keberadaan bangsa Belanda dan Inggris yang hadir di Jogjakarta pada saat kolonial lalu.. Mereka sering mengkonsumsi cake saat itu dan penduduk pribumi tidak bisa mencicipinya, sehinngga orang pribumi membuat cake yang proses pembuatannya sedikit mengadopsi teknik dan resep mereka sehingga jadillah kue kembang waru ini. Pada saat itu kembang waru adalah makanan mewah yang hanya hadir di meja-meja keluarga Belanda atau Inggris, keluarga golongan kaya, dan di pesta-pesta pernikahan karena keberadaan kue yang masih langka dan harga bahan-bahannya yang mahal. Seiring berjalannya waktu, keberadaanya kue ini semakin langka karena kian menipisnya penikmat kue yang padahal sangat enak ini. Walaupun masih ada, tapi tidak dijual di warung, kios apalagi di supermarket.

Nah! Jika Anda ingin menikmati kue Kembang Waru ini, ke Kotagede lah Anda bisa menjumpainya. Rasanya legit dan manis hasil kreasi leluhur yang diadaptasi dari pengaruh Eropa di masa kolonial!
JADAH TEMPE (burger ala Kaliurang)

Jadah Tempe banyak terdapat di obyek wisata Kaliurang dan menjadi ikon makanan khas daerah ini. Jadah tempe terdiri dari dua makanan, yakni jadah dan tempe. Jadah terbuat dari ketan yang dikukus dengan diberi santan kelapa, sebagai rangkaiannya adalah tempe bacem. Tempe merupakan penganan terbuat dari kedelai pada umumnya disajikan dengan cara dibacem yaitu dikukus dengan air kelapa yang dibumbui gula jawa. Rasa jadah yang sangat gurih dan liat (tidak keras) digigit dan dikunyah bersamaan dengan tempe bacem yang manis sangat lezat rasanya. Akan lebih sensasional disantap dengan cabe rawit! Sangat pas di lidah.
Makanan jadah tempe ini telah mulai menjamur sekitar tahun 1950-an. Namun yang popular adalah jadah tempe Mbah Carik.  Nama Mbah Carik ini merupakan pemberian oleh Kasultanan Yogyakarta. Kala itu, puluhan pedagang jadah tempe menjajakan dagangannya di areal parkir Tlogo Putri, salah satu kawasan wisata di Kaliurang dan tidak ada namanya. Salah satu penjualnya ialah seorang wanita paruh baya yang bernama Mbah Sastrodinomo. Ketika Sri Sultan HB IX berkunjung ke Kaliurang, beliau langsung suka dengan makanan ini apalagi setelah mencicipinya di warung Mbah Sastrodinomo ini. Sekembalinya ke Kraton Yogyakarta, Sultan mengutus salah seorang abdi dalem untuk kembali ke Kaliurang untuk menemui penjual jadah tempe tersebut dan memberikan nama atau label warungnya supaya mudah diingat ketika sewaktu-waktu beliau menginginkan jadah tempe. Seorang abdi dalem pun mengusulkan agar warung milik Mbah Sastrodinomo diberikan nama Mbah Carik, karena kebetulan suami Mbah Sastrodinomo saat itu menjabat sebagai seorang Carik Pakem. Sejak saat itulah nama Mbah Carik dipakai Mbah Sastrodinomo sebagai nama warungnya hingga saat ini.
Kunci cita rasa jadah tempe Mbah Carik terletak pada tempe bacem yang disuguhkannya. Dengan resep turun temurun, Mbah Carik mampu menyuguhkan jadah tempe yang membuat ketagihan. Tempe sengaja dibacem sejak sore hingga pagi hari kemudian baru digoreng sehingga baceman tempe bisa meresap sedalam-dalamnya. Kemudian dalam 1 kg ketan dicampurkan dengan 2 buah kelapa, sehingga gurihnya juga bercampur dengan aroma.  Selain jadah tempe mbah carik ini masih banyak penjaja jadah tempe di Kaliurang ini yang rasanya juga tidak kalah nikmat.
Cara memakan jadah tempe ini agar terasa lebih nikmat adalah dengan menumpuk jadah dan tempe lalu dimakan  dengan dibarengi cabe rawitnya. Rasakan sensasi cita rasa makanan Jawa yang satu ini! Manis, gurih, pedas menjadi satu!

Jika berkunjung ke Merapi, Kaliurang khususnya, kurang afdol jika Anda tidak mampir mencicipi jadah tempe ini!


PEYEK KACANG

Peyek kacang adalah makanan ringan yang berbahan baku tepung beras dan kacang tanah dicampur dengan santan, telur dan bumbu dapur lainnya. Makanan ini sangat popular di masyarakat Jawa umumnya  dan Jogja khususnya. Berdasarkan literatur sejarah Mataram Islam yang ditulis oleh De Graaf, pada abad ke-16 makanan ini sudah ada di Jogja. Disebutkan Ki Ageng Pemanahan melakukan bedhol desa atas perintah Sultan Hadiwijaya dari wilayah Surakarta ke Alas Mentaok. Sebelum masuk ke Kotagede, rombongan Ki Ageng Pemanahan dijemput Ki Gede Karanglo di pinggir Sungai Opak. Rombongan tamu diminta menyeberang sekalian berbasuh di sungai itu, yang diyakini akan segera membuang lelah dan penat. Selanjutnya rombongan diterima di kediaman Ki Gede Karanglo. Makanan yang disajikan antara lain nasi, sayur pecel, peyek atau rempeyek kacang dan sayur kenikir. Sehingga berdasarkan literature tersebut dapat diketahui bahwa keberadaan peyek kacang memang telah berabad-abad  di Jogja ini. Peyek ini banyak dijual di warung-warung, pasar-pasar ataupun pusat oleh-oleh di Jogja.
Peyek yang sangat popular di Jogja adalah peyek yang dibuat dengan cara menyusun sehingga membentuk rangkaian peyek atau sering disebut peyek mbok tumpuk. Meski bentuknya bongkahan namun adonan tepungnya empuk mudah dikunyah. Rasanya renyah dan gurih dengan kacang tanah bertaburan di atasnya. Rahasia kelezatan peyek ini adalah pada proses penggorengan yang dilakukan selama tiga kali. Awalnya disiapkan adonan yang terdiri dari tepung beras, kacang, serta telur, santan, dan bumbu dapur seperti bawang putih, ketumbar dan garam. Kemudian adonan dimasukkan ke dalam wajan dengan suhu amat panas. Tujuannya untuk membentuk peyek. Lalu adonan dipindahkan ke wajan di sebelahnya dengan suhu yang lebih rendah, untuk mematangkan. Setelah tanak, peyek diletakkan di atas tampah, dan diangin-anginkan selama semalam. Kemudian, yang terakhir, peyek digoreng kembali dalam waktu yang tidak lama.  Produsen pertama yang membuat kreasi sekaligus memproduksi jenis peyek ini adalah mbok tumpuk yang sudah dikenal sejak tahun 1980-an. Nama tumpuk diambil dari nama Mbok Tumpuk tersebut.

Jenis makanan yang sudah ada di Jogja sejak berabad-abad yang lalu ini jangan Anda lewatkan! Bisa Anda dapatkan di toko-toko oleh-oleh, terminal, stasiun maupun pasar-pasar tradisional.


PECEL

Pecel adalah salah satu makanan asli Jogja yang berbahan utama daun bayam, kecambah, kol, kangkung atau sayuran lainnya tanpa bahan pengawet. Sayuran ini biasanya dibuat layu dengan cara direndam dalam air panas untuk beberapa saat. Sedangkan bahan bumbu pecel antara lain kacang tanah, cabe rawit yang dicampur dengan bahan lainnya seperti daun jeruk purut, bawang, asam jawa, merica dan garam. Pecel lebih nikmat dimakan dengan peyek, nasi putih, dan daging ayam atau jerohan. Cara penyajian bisa dalam piring atau dalam daun yang dilipat yang disebut pincuk.
Berdasarkan literatur sejarah Mataram Islam yang ditulis oleh De Graaf memberikan bukti bahwa pecel telah ada di daerah Jogja pada abad ke -16. Diceritakan saat itu Ki Ageng Pemanahan melakukan bedhol desa atas perintah Sultan Hadiwijaya dari wilayah Surakarta ke Alas Mentaok. Rombongan Ki Ageng Pemanahan dijemput Ki Gede Karanglo pinggir Sungai Opak. Setelah sampai di kediaman Ki Gede Karanglo, mereka dijamu makanan nasi, sayur pecel, peyek atau rempeyek kacang, dan sayur kenikir.  Jadi keberadaan pecel di Jogja ini telah ada berabad-abad tahun yang lalu. Saat ini makanan pecel mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional. Di Jogja ada  pecel yang cukup popular yaitu pecel turi Imogiri.
Pecel turi Imogiri ini amat spesial dengan tambahan bunga pohon turi yang saat ini sudah langka dijumpai. Kembang turi diperoleh dengan menggunakan bunga yang diperoleh dari pohon turi. Umumnya yang digunakan sebagai bahan untuk sayur pecel adalah kembang turi yang berwarna putih. Bunga turi secara turun temurun dipercaya bisa membantu memperlancar keluarnya air susu ibu, untuk mengatasi gangguan sulit buang air besar, meningkatkan daya tahan tubuh, dan  pelembut kulit. Tekstur helaian kelopak kembang turi yang relatif lebih keras dibandingkan sayuran lain yang dicampurkan seperti bayam menimbulkan rasa berbeda yakni lebih kenyal dan alot. Rasanya yang sedikit pahit, ditambah bumbu kacang pedas, ditanggung akan menggugah selera dan yang tak kalah pentingnya kasiat dari bunga turi itu sendiri. Pilihan lauk pauk yang bisa dipilih antara lain tempe gembus bacem, tempe benguk bacem, tahu bacem, serta minuman hangat wedang uwuh khas Imogiri. Wedang uwuh merupakan minuman khas Imogiri yang berisi jahe bakar geprak, secang serutan, daun kayu manis, dan rempah-rempah lain-lain.

Makanan asli Jogja ini sangat sayang jika Anda lewatkan, di samping nikmat juga berkhasiat!


PRODUK MAKANAN BERBAHAN DASAR TEMPE

Tempe merupakan salah satu bahan makanan yang tak bisa dilepaskan dari Jogja. Berbagai macam inovasi dan variasi rasa dari tempe telah melahirkan berbagai produk, antara lain tempe bacem dan tempe keripik. Anda tinggal memilih apakah suka makanan manis? Maka pilihlah tempe bacem! Pengolahan tempe yang dimasak dengan air kelapa, gula jawa, dan bumbu dapur lainnya menghasilkan rasa tempe yang manis, gurih dan legit. Lebih nikmat dimakan dengan cabe rawit Atau Anda ingin yang gurih-gurih maka cicipilah keripik tempe yang dibuat dari  paduan tepung beras dan irisan tempe kemudian digoreng. Keripik tempe dari Jogja ini memberikan kualitas rasa yang mantap renyah dan tidak mengandung bahan pengawet.
Ada beberapa versi mengenai awal adanya tempe ini. Meskipun belum ditemukan data yang secara jelas menyebutkan pembuatan tempe yang pertama kalinya namun demikian, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu terutama pada masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta dan Surakarta. Hal ini bisa dilacak dari Serat Centhini Bab 3 dan Bab 12 yang berlatarbelakang Jawa pada abad ke-16  telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Pada mulanya tempe diproduksi dari kedelei hitam yang berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa. Tempe ini dikembangkan  di daerah Mataram (yang waktu itu mencakup sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan berkembang sebelum abad ke-16. Selain serat Centhini ada lagi rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa jaman Tanam Paksa (1816-1870) di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi dan ketela sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus.
Tehnik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Indonesia. Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda dan telah popular sejak 1946. Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia. Sedangkan tempe popular di Amerika Serikat setelah pertama kali dibuat di sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa, orang Indonesia yang pertama kali melakukan penelitian tentang tempe. Orang Belanda melakukan penelitian tempe pada tahun 1895 oleh Prinsen Geerlings dan orang Jepang 1926. Pada tahun 1984 tercatat ada 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di USA, 8 di Jepang.  Di Negara-negara seperti Cina, India, Taiwan, Sri Lanka, Canada, Australia, Amerika Latin dan afrika tempe sudah dikenal di kalangan terbatas.
Manfaat dari tempe sendiri bisa menghambat proses penuaan, menghambat radikal bebas,  dan mencegah penyakit degenerasi (jantung koroner, diabetes mellitus, aknker , dll). Tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dll. Zat gizi tempe pun mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh. Sungguh banyak manfaat dari tempe ini yang juga bisa diolah menjadi berbagai makanan seperti bacem dan tempe keripik. Anda bisa mendapatkan tempe bacem di pasar-pasar traditional, restoran  atau tempat yang menjual gudeg. Sedangkan tempe keripik bisa dibeli di toko-toko oleh-oleh, terminal,  dan pasar-pasar.

Jadi tunggu apalagi, Anda harus membeli makanan berbahan dasar tempe ini karena selain tentu saja mengenyangkan juga membuat sehat tubuh kita!



GUDEG

Gudeg adalah makanan khas Jogja. Bahan baku gudeg adalah nangka muda dimasak dengan santan kelapa, daun jati, salam, lengkuas dan bumbu-bumbu lainnya direbus di atas tungku sekitar 100 derajat celcius selama 24 jam. Biasanya gudeg Jogja yang komplit disajikan dengan tahu, tempe, telur bebek, suwiran daging ayam, dan tentu saja nasi putih.
Konon, sejarah gudeg dimulai dari saat dibukanya Alas (hutan) Mentaok untuk dibangun Kraton Mataram. Di hutan tersebut banyak tumbuh pohon nangka, di samping itu banyak juga pohon kelapa yang tumbuh di pinggir hutan dan tepi sungai. Alhasil dengan kreasi para perintis Mataram terciptalah gudeg; dan menjadi menu utama masyarakat Mataram kala itu.
Ada beberapa bahan baku gudeg antara lain gudeg manggar (bunga pohon kelapa), gudeg nangka, dan gudeg rebung (anakan pohon bamboo yang masih muda). Namun karena bahan baku gori atau nangka muda lebih mudah diperoleh di kebun-kebun milik masyarakat Jogja sehingga gudeg ini lebih mudah dijumpai di Jogja. Jaman dulu orang Jogja hanya mengenal satu jenis gudeg, yakni gudeg basah. Gudeg kering dikenal setelahnya, sekitar 1950-an tahun. Hal ini setelah orang-orang dari luar Jogja mulai membawanya sebagai oleh-oleh.
Makanan ini bisa dengan mudah Anda jumpai di sepanjang Jalan Wijilan, timur kraton Jogja. Sebagai oleh-oleh. Anda bisa memilih gudeg kering yang tahan selama 3 hari dengan kemasannya menggunakan  'besek' (tempat dari anyaman bambu) atau menggunakan 'kendil' (guci dari tanah liat yang dibakar). Yang lebih unik, beberapa penjual gudeg Wijilan ini dengan senang hati akan memperlihatkan proses pembuatan gudegnya jika pengunjung menghendaki. Selain di Wijilan Anda pun bisa menemukan menu ini di beberapa restoran, pasar-pasar dan banyak tempat lainnya. 

Jogjakarta, Yogya, Jogja, apa Yogyakarta?


Banyak orang menyebut Yogyakarta dengan nama berbeda-beda. Orang-orang tua menyebut Ngayogyakarta, orang-orang Jawa Timur dan Jawa Tengah menyebut Yogja atau Yojo. Disebut Jogja dalam slogan Jogja Never Ending Asia. Belakangan muncul sebutan baru, yaitu Djokdja. Sekilas memang membingungkan, namun menunjuk pada daerah yang sama. Lalu, bagaimana bisa kisahnya sampai nama kota ini bisa begitu bervariasi? Paling tidak, ada 3 perkembangan yang bisa diuraikan. Nama Ngayogyakarta dipastikan muncul tahun 1755, ketika Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I mendirikan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kraton yang berdiri di Alas Bering itu merupakan wujud Perjanjian Giyanti yang dilakukan dengan Pakubuwono III dari Surakarta. Tak jelas kapan mulai muncul penamaan Yogyakarta, apakah muncul karena pemenggalan dari nama Ngayogyakarta atau sebab lain. Namun, nama Yogyakarta secara resmi telah dipakai sejak awal kemerdekaan Indonesia. Ketika menjadi ibukota Indonesia pada tahun 1949, kota yang juga bergelar kota pelajar ini sudah disebut Yogyakarta. Sri sultan Hamengku Buwono IX juga menggunakan nama Yogyakarta ketika mengumumkan bahwa kerajaan ini merupakan bagian dari Republik Indonesia. Berbagai penamaan muncul kemudian, seperti Yogja, Jogja, Jogya dan Yogya. Bisa dikatakan bahwa variasi nama itu muncul akibat pelafalan yang berbeda-beda antar orang dari berbagai daerah di Indonesia. Uniknya, hampir semua orang bisa memahami tempat yang ditunjuk meski cara pengucapannya berbeda. Karena kepentingan bisnis, nama Jogja kemudian menguat dan digunakan dalam slogan Jogja Never Ending Asia. Slogan tersebut dibuat untuk membangun citra Yogyakarta sebagai kota wisata yang kaya akan pesona alam dan budaya. Alasan dipilih 'Jogja' adalah karena (diasumsikan) lebih mudah dilafalkan oleh banyak orang, termasuk para wisatawan asing. Sempat pula berbagai institusi mengganti Yogyakarta dengan Jogjakarta. Nama Djokdja itu bukanlah rekayasa, melainkan pernah digunakan pada masa kolonial Belanda. Terbukti, saat itu terdapat sebuah hotel yang bernama Grand Hotel de Djokdja di ujung utara jalan Malioboro. Kini, hotel itu masih tetap berdiri namun berganti nama menjadi Inna Garuda. Nama 'Djokdja' dipilih untuk memberi kesan kuno dan mengajak para pembaca bernostaligia. Dengan berbagai lafal dan cara penulisannya, bisa dikatakan Yogyakarta merupakan daerah yang paling banyak memiliki variasi nama. Jakarta hanya memiliki satu (Jayakarta), sementara Bali tidak memilikinya sama sekali. Kota wisata lain di dunia seperti Bangkok, Singapura, Cartagena, Venesia bahkan tak terdengar memiliki nama-nama variasi. Kota-kota metropolitan seperti New York, Los Angeles, dan London juga tidak mempunyai. Kini anda tak perlu bingung lagi jika kebetulan ada orang yang menuliskan kota Yogyakarta seperti caranya melafalkan. Jika mencari tahu tentang seluk beluk kota ini di internet, nama Yogyakarta merupakan yang paling tepat sebab merupakan nama yang paling umum digunakan dalam bahasa tulisan. Alternatif lainnya, anda bisa menggunakan nama Jogja, nama kedua yang paling sering digunakan.

Minggu, 28 Juli 2013

cerita jogja : penjaga gunung merapi Dijaga Ki Juru Taman/Kiai Sapujagad

KETENANGAN warga lereng Gunung Merapi menghadapi letusan bukanlah tanpa sebab. Bahkan ketika orang-orang sudah mulai meminta mereka untuk segera mengungsi, masih ada saja yang bertahan. Di Kaliadem, Kinahrejo misalnya, warga masih menjalankan aktivitas seperti biasa. Mencari rumput dan dahan-dahan untuk pakan ternak tetap dijalani kendati sering terdengar gemuruh dari puncak.

''Merapi itu baik kok, yang sering berbuat tidak baik itu kan malah orang-orang yang datang ke sini,'' ujar Mbah Maridjan, juru kunci Merapi.
Kepercayaan masyarakat tidak bisa lepas dari keyakinan cerita mistik yang melingkupi Merapi. Konon kabarnya, dalam mitos yang selama ini diyakini, ada hubungan antara Merapi, Keraton Yogyakarta dan Laut Selatan. Ada poros tersendiri yang menghubungkan ketiganya, masing-masing dengan mitosnya.
Warga meyakini, Gunung Merapi dijagai oleh Kiai Sapujagad sebagai patih yang memang ditugaskan oleh keraton pada masa Panembahan Senopati. Sebenarnya semula Kiai Sapujagad bernama Ki Juru Taman. Karena ''melanggar'' titah Panembahan Senopati, akhirnya dia diminta berdiam di Merapi.
''Kabarnya gunung ini merupakan tempat makhluk halus berada. Tidak hanya satu-dua makhluk yang berdiam di sini, tapi memang pusatnya,'' ujar Udin, warga setempat dengan mimik serius.
Namun makhluk halus yang ada di situ tidaklah jahat kalau tidak diganggu. Sayangnya banyak pendatang, pengunjung yang sering usil sehingga membuat penghuni marah. Misalnya, mengeluarkan kata-kata kotor, membuang kotoran di sembarang tempat dan melakukan hubungan tidak senonoh.
Melanggar ketentuan tersebut, dipercaya bakal mendatangkan petaka. Kabarnya, pernah ada seorang pengunjung misuh-misuh, akibatnya mulut menjadi perot, dan baru sembuh ketika meminta bantuan orang pintar untuk memintakan maaf pada penunggu.
Mbah Maridjan sendiri kepada setiap pendaki yang singgah di rumahnya selalu mewanti-wanti agar tidak melanggar ketentuan. Dia tidak mengatakan akibatnya, tetapi selalu menegaskan, ''Jangan sekali-sekali melanggar aturan turun-temurun tersebut.''
Raksasa
Cerita penjaga gunung, Kiai Sapujagad, beredar dari mulut ke mulut sejak generasi para leluhur. Konon, Kiai Sapujagad alias Ki Juru Taman telah memakan telur pemberian Panembahan Senopati. Padahal Senopati sudah meminta agar telur tersebut jangan dimakan tapi disimpan saja.
Ki Juru Taman malah memakannya dan dia berubah wujud menjadi manusia raksasa yang sangat mengerikan. Perubahan tidak terduga itu membuat Panembahan Senopati mengambil sikap sebaiknya Ki Juru Taman tidak tinggal di Keraton. Dia diminta pergi saja ke Gunung Merapi dan diberi tugas menjaganya dengan tugas sebagai patih keraton Merapi dengan nama baru Kiai Sapujagad. Adanya penunggu ini diyakini masyarakat setempat tidak akan terjadi apa-apa asal si penunggu juga tidak diganggu.
Berbagai kegiatan tradisional dilakukan untuk menghormati sekaligus menjaga hubungan baik dengan poros Merapi-Keraton Yogyakarta-Laut Selatan.
Salah satunya, pada bulan Suro, masyarakat melakukan labuhan, yakni memberikan sesaji di puncak gunung disertai doa-doa kepada Tuhan agar selalu memberi keselamatan dan rezeki.
Masih ada pula kegiatan tradisi lain, seperti sedekah gunung, selamatan desa, selamatan ternak. Semua aktivitas tersebut dilakukan dengan tujuan agar masyarakat di sana diberi kemakmuran, terhindar dari bahaya, terutama kemarahan Gunung Merapi.
Ketika Merapi akan memuntahkan lahar kali ini, masyarakat setempat juga sudah melakukan berbagai kegiatan. Mulai dari memasang ketupat dari janur, diisi garam lantas dibungkus daun sirih. Benda yang diyakini penolak bencana tersebut dipasang di pintu rumah. Kabarnya, pembuatan tolak bala itu atas permintaan orang keraton.

PERNIKAHAN PANEMBAHAN SENOPATI DAN KANJENG RATU KIDUL

Bagi Wong Jowo, bulan ini agaknya bulan yang baik untuk menyelenggarakan hajatan. Undangan pernikahan banyak mampir ke rumah. Jalan-jalan di desa kadang harus ditutup bila ada satu rumah yang duwe gawe.
Tidak hanya sebuah ritual budaya dan agama, pernikahan juga memiliki arti politik dan ekonomi. Bahkan juga memiliki makna simbolik berupa pertemuan dua jiwa yang dimabuk rasa cinta dan kasih, untuk menjadi satu, melebur dan mencair dalam satu ikatan untuk mencapai kesempurnaan.
Dalam khasanah Jawa, mitologi yang terkenal tentang perkawinan adalah perkawinan antara Panembahan Senopati, Raja Mataram pertama dengan Kanjeng Ratu Kidul. Ada beragam penafsiran tentang makna perkawinan dua makhluk berlainan spesies ini. Panembahan Senopati berspesies manusia dan Kanjeng Ratu Kidul berspesies lelembut.
NIKAH
Ada yang menafsirkan bahwa perkawinan itu hanya upaya legitimasi politik Panembahan Senopati agar semakin ditakuti dan disegani lawan-lawan politiknya, sehingga dia merekayasa cerita tidak masuk akal.
Ada pula yang menafsirkan secara filosofis, bahwa perkawinan Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul itu sesungguhnya sebuah upaya Gusti agar manunggal dengan Kawulo dengan cara ngayomi lahir dan batin para kawulo sehingga Raja menjadi RATU ADIL.
Ada pula yang menafsirkan bahwa perkawinan itu benar-benar terjadi sebagaimana pernikahan Pangeran Charles dengan Lady Diana, atau Anda dengan Pasangan hidup Anda. Bila ini benar-benar terjadi, pastilah ini kejadian luar biasa yang hanya dilakukan oleh manusia yang sakti mandraguna.
Terserah Anda, mau percaya pada penafsiran yang mana. Ada baiknya akan kita runut asal muasal perkawinan Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul yang fenomenal tersebut.
Siapa Panembahan Senopati?
dc8b
Danang Sutawijaya nama kecilnya. Ayahnya bernama Ki Ageng Pemanahan yang berjasa besar membantu Jaka Tingkir membunuh Aryo Penangsang, adipati Jipangpanolan dalam krisis politik di Kesultanan Demak Bintoro pada masa akhir pemerintahan Sultan Trenggana.
Setelah Jaka Tingkir menjadi Raja bergelar Sultan Hadiwijaya yang akhirnya mendirikan Kesultanan Pajang, Sutawijaya kemudian dianugerahi tanah Mentaok –Kotagede, Jogja sekarang.
Bersama-sama ayahnya ia babat alas kawasan yang kini terkenal dengan kerajinan perak tersebut. Karena keraton Sutawijaya berada di sebelah utara pasar maka dia bergelar Ngabehi Loring Pasar. Setelah Ki Gede Pemanahan meninggal tahun 1575 M, Sutawijaya memberontak ke Pajang saat di Pajang terjadi konflik elite tahun 1582 M dan membuat Mataram merdeka dari Pajang.
Konflik elite yang terjadi yaitu anak Sultan Hadiwijaya, Pangeran Benowo yang merupakan pewaris Pajang di kudeta oleh Aryo Pangiri adipati Demak. Merasa terdesak Pangeran Benowo meminta bantuan Sutawijaya di Mataram. Setelah berhasil mengalahkan Aryo Pangiri, Pangeran Benowo menyerahkan pusaka Pajang pada Sutawijaya. Setelah Pajang runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama dan bergelar Panembahan Senopati Khalifatullah Sayyidin Penatagama.
Panembahan Senopati dikisahkan dalam babad Tanah Jawa memiliki kebiasaan yang hebat dalam olah rasa, meditasi dan gentur bertapa. Salah satu ritual wajib yang dilakukannya untuk melatih kesabaran adalah membuang cincinnya sendiri ke sungai dan kemudian mencarinya hingga ketemu. Tindakan unik dan nyeleneh diluar kebiasaan ini membuahkan hasil berupa diperolehnya kawicaksanan tertinggi, ilmu-ilmu ketuhanan yang mumpuni serta kesaktian yang pilih tanding.
Saben mendra saking wisma
Lelana laladan sepi
Ngisep sepuhing sopana
Mrih para pranaweng kapti
Setiap kali keluar rumah
Wisata ke wilayah sunyi sepi
Menghidup napas kerokhanian
Agar arif kebulatan awal akhir,
Dialah tokoh yang berhasil membuat anyaman mistik dan politik, yang keteladanannya memandu alam pikiran Kejawen untuk menggapai pemahaman tertinggi Ketuhanan yaitu MANGGALIH, artinya mengenai soal-soal esensial, pasca MANAH (dipersonifikasikan Ki Ageng Pemanahan) artinya membidikkan anak panah, mengenai soal-soal problematis di jantung kehidupan, pusat lingkaran.
Panembahan Senopati yang cerdas memahami psiko sosial masyarakatnya. Ia pun menganyam serat-serat kehidupan yang dianyam dengan amat simbolik mistik berupa kisah Asmara dengan Penguasa Laut, dengan Empu Laut Kanjeng Ratu Kidul sehingga Panembahan Senopati memperoleh dataran baru, daratan ke-Mataram-an.
kanjengratu
Dikisahkan, Panembahan Senopati saat babad alas Mentaok menghadapi Raja Jin bernama Jalumampang. Merasa kesulitan mengalahkannya, Panembahan Senopati kemudian bertapa di laut selatan. Dalam bertapa, dia di datangi oleh Kanjeng Ratu Kidul yang terpikat oleh ketampanannya. Kanjeng Ratu Kidul berjanji akan membantu melawan Jalumampang asal Panembahan Senopati dan keturunannya mau menjadi suami dari Kanjeng Ratu Kidul.
Perkawinan Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul pada dasarnya adalah perkawinan yang strategis. Panembahan Senopati memperoleh kedaulatan atas wilayah Mataram yang wilayahnya berdampingan dengan Laut Selatan yang tak terbatas. Dengan perkawinan tersebut, Panembahan Senopati mampu untuk menguasai juga para lelembut yang tak terbilang banyaknya sebab Kanjeng Ratu Kidul adalah raja para lelembut tersebut.
Panembahan Senopati oleh sebab itu mampu membangun sebuah kekuatan psikologis untuk memperkokoh legitimasi pemerintahannya. Selama pemerintahan Panembahan Senopati, Kerajaan Mataram tercatat harus berperang menundukkan bupati-bupati daerah di antaranya Kasultanan Demak, Ponorogo, Pasuruan, Kediri, Surabaya. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya.
Perkawinan Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul, oleh sebab itu diyakini terus dipertahankan oleh para Raja Mataram mulai Sri Sultan Hamengko Buwono I hingga Sri Sultan Hamengku Buwono X saat ini.